1. Nilai-nilai Budaya Islam di Sekolah
Budaya Islam di lingkungan sekolah pada hakikatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam berperilaku dan budaya dan kebiasaan sehari-hari yang diikuti oleh seluruh lingkungan sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam dilingkungan sekolah maka secara sadar maupun tidak warga di lingkungan sekolah tersebut telah mengikuti tradisi yang telah menjadi kebiasaan sebenarnya warga dilingkungan sekolah tersebut telah melakukan ajaran agama. Dapat dipahami bahwa budaya Islam di lingkungan Sekolah merupakan cara berfikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai agama Islam.
Seperti Firman Allah dalam Al-Qur an:
yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S. Al Baqarah: 208)
Dari ayat diatas dapat dipahami nilai-nilai Islam harus diterapkan secara keseluruhan dalam kehidupan disetiap saat pemeluk Islam dimanapun ia berada termasuk di lingkungan sekolah, karena jika tidak maka telah dianggap menuruti langkah-langkah syaitan yang merupakan musuh nyata seorang muslim.
Agar sebuah budaya dapat menjadi nilai yang tertanam, maka harus ada proses internalisasi budaya. Dilakukan melalui berbagai diktatik metodik pendidikan dan pengajaran. Seperti pendidikan, pengarahan, indoktrinisasi. Nilai keagamaan di sekolah terwujud dalam bentuk sikap dan prilaku yang telah disepakati oleh warga sekolah, dengan tahapan sebagai berikut yakni: [1]
a. Sosialisasi nilai agama yang disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai pada masa mendatang di sekolah.
b. Penetapan rencana mingguan atau bulanan sebagai tahapan dan langkah sistematis yang dilakukan warga lingkungan sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai agama yang telah disepakati.
a. Pemberian penghargaan terhadap prestasi warga lingkungan sekolah, seperti guru, tenaga kependidikan dan atau peserta didik sebagai usaha pembiasaan (habit formation) yang menjunjung sikap dan perilaku yang komitmen dan loyal terhadap ajaran dan nilai-nilai agama. Penghargaan tidak selalu materi (ekonomik) melainkan juga dalam arti sosial, kultural, dan psikologi.
Pengembangan budaya Islam di lingkungan sekolah dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan sekolah itu sendiri dan nilai yang mendasarinya nilai agama yang ingin diterapkan.
1) Pertama, penciptaan budaya religius yang bersifat vertikal dapat diwujudkan dalam bentuk meningkatkan hubungan dengan Allah SWT, melalui peningkatan secara kuantitas maupun kualitas kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah yang bersifat ubudiyah, seperti: shalat berjamaah, puasa Senin Kamis, Khatm Al-Qur’an, doa bersama dan lain-lain.
2) Kedua, penciptaan budaya religius yang bersifat horizontal yaitu lebih mendudukkan sekolah sebagai institusi sosial religius, yang jika dilihat dari struktur hubungan antar manusianya, dapat diklasifikasikan kedalam 3 hubungan yaitu: (1) hubungan atasan-bawahan, (2) hubungan profesional, (3) hubungan sederajat atau sukarela yang didasarkan pada nilai-nilai religius, seperti persaudaraan, kedermawanan, kejujuran, saling menghormati dan sebagainya.[2]
Pengembangan budaya islami di sekolah juga dipengaruhi oleh kebijakan adat istiadat dan norma-norma yang telah menjadi kebiasaan dimasyakarat disekitar lingkungan sekolah itu sendiri.
2. Penerapan Budaya Islami di Lingkungan Sekolah
Penerapan budaya Islam dilingkungan sekolah dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di lingkungan sekolah beserta nilai agama yang mendasarinya.[3] Dalam penerapanya terdapat model-model penerapannya, yakni sebagai berikut:
Penerapan budaya Islami di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: .
a. Mengucapkan salam dan sopan santun
Dalam Islam sangat dianjurkan memberikan sapaan pada orang lain dengan mengucapkan salam. Ucapan salam di samping sebagai do’a bagi orang lain juga sebagai bentuk persaudaraan antar sesama manusia. Pengucapan salam dapat meningkatkan interaksi antar sesama, dan berdampak pada rasa penghormatan sehingga antara sesama saling dihargai dan dihormati.
Sebagaimana firman Allah:
yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (Q.S. An-Nur: 27)
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa Allah juga memerintahkan hamba-hambaNya, jika mendengar ucapan salam, untuk menjawab salam tersebut dengan cara yang lebih baik. Atau sekurang-kurangnya menjawab salam dengan salam yang sama. Penerapan mengucapkan pada warga sekolah baik guru ataupun siswa di lingkungan sekolah dapat akan membuat lingkungan sekolah yang saling menghargai dan mengormati antar sesama mereka, baik diantara siswa begitu juga dengan guru dengan sesama guru, siswa dengan guru dan dengan warga sekolah yang lainnya.
b. Saling tolong-menolong, menghormati dan menghargai
Di dalam Islam terdapat konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain- lain. Islam mengajarkan saling tolong- menolong antar sesama manusia.[4] Sifat tolong-menolong merupakan wujud dari akhlak yang baik dari seorang muslim yang taat akan perintah Allah SWT.
Firman Allah berfirman:
yang artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al- Maidah: 2)
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa seorang muslim wajib saling tolong menolong dalam kebaikan demi kebaikan bersama yang merupakan amal ibadah seorang muslim. Sebaliknya, seorang muslim dilarang untuk saling tolong menolong dalam berbuat dosa karena akan berdampak buruk bagi dirinya sendiri orang lain dan masyarakat. Menumbuh kembangkan sikap saling tolong menolong dilingkungan sekolah akan menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis dan damai.
c. Berdoa
Islam mengajarkan seorang muslim untuk berdo’a ketika hendak atau setelah melakukan sesuatu karena dengan doa seorang muslim akan mendapatkan ketentraman dan bertawakal kepada Allah SWT. Misalnya adalah ketika sebelum memulai pelajaran atau mengakhirinya, Sebelum mengerjakan ujian, Sebelum makan dan minum, dan lain sebagainya.
Firman Allah dalam Al-Qur-an
yang artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. Al- A’Araf: 55)
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa seorang muslim diperintahkan untuk berdoa kepada Allah SWT, dengan suara yang suara yang lembut dan tidak melampui batas dalam meminta sesuatu dalam berdoa. Di lingkungan sekolah kebiasaan membaca doa bersama-sama terutama kepada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dimaksudkan untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT akan memperkuat jiwa bagi anak dan menghubungkan hatinya kepada Allah. Dengan cara ini, hati anak akan tetap berhubungan dengan Allah dan jiwanya akan menjadi suci dan bersih.[5]
d. Membaca Al-Qur an
Membaca Al-Qur an merupakan ibadah yang penting dalam Islam. Membaca Al-qur’an dapat menentramkan batin siswa dilingkungan sekolah serta meningkatkan konsentrasi belajar. Budaya yang dilakukan sebelum memulai proses pembelajaran ini mampu membantu pemahaman siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru begitu juga sebaliknya. Membaca al-Qur’an mempunyai beberapa manfaat. Al-Qur’an.
Allah berfirman dalam Al Qur an:
yang artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-'Ankabuut: 45)
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa membaca al-Qur’an merupakan kegiatan mulia dan terdapat banyak manfaat serta keuntungannya bagi seorang muslim. Membaca al-Qur’an adalah jalan untuk mengingat Allah, memuja, memuji dan memohonkan doa kepadaNya. Karena dalam membaca al- Qur’an terjadi hubungan rohani antara manusia dengan Tuhannya. Dan manusia yang dekat dengan Tuhannya maka tidak akan mudah berucap dan beramal buruk kepada siapapun. Kebiasaan membaca Al-Qur an pada siswa dilingkungan sekolah akan dapat meningkatkan keimanan siswa dan menambah konsentrasi siswa dalam belajar.
e. Sholat berjamaah
Sholat merupakan mekanisme untuk membersihkan hati dan mensucikan diri dari kotoran-kotoran dosa dan kecenderungan melakukan perbuatan dosa.[6]
Allah berfirman:
yang artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' (Q.S Al-Baqarah:43).
Shalat berjamaah termasuk kewajiban seorang muslim dan satu keistimewaan yang diberikan dan disyariatkan secara khusus bagi umat Islam. Ia mengandung nilai-nilai pembiasaan diri untuk patuh, bersabar, berani, dan tertib aturan disamping nilai sosial untuk menyatukan hati dan menguatkan ikatan.[7] Pembiasaan sholat berjamaah dilingkungan sekolah akan menciptakan sikap displin.
.f. Berpuasa
Puasa merupakan bentuk peribadatan yang memiliki nilai yang tinggi terutama dalam pemupukan spiritualitas dan jiwa sosial. Disamping sebagai bentuk peribadatan sunah muakad yang sering dicontohkan oleh Rasulullah SAW puasa juga merupakan sarana pendidikan dan pembelajaran agar siswa dan warga sekolah yang lain memiliki jiwa yang bersih dan juga berfikir serta bersikap positif.
Allah berfirman dalam Al-Quran:
yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS. Al Baqarah: 183)
Berpuasa selain menciptakan semangat dan jujur dalam bekerja dan memiliki rasa perduli terhadap sesamanya. Juga merupakan pelatihan secara menyeluruh, baik dari aspek jasmaninya, pikirannya dan juga hatinya dengan maksud agar menjadi baik kembali. Secara jasmaniyah, tatkala berpuasa, seseorang tidak dibolehkan makan dan minum di siang hari serta meninggalkan hal lainnya yang membatalkan puasanya.[8]
f. Menjaga Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan
Salah satu cara yang diajarkan islam untuk memelihara kesehatan yang baik adalah peduli terhadap kebersihan. Tidak ada agama atau kepercayaan lain yang dapat menandingi sikap Islam terhadap kebersihan ini. Kebersihan dalam islam merupakan sebuah amal ibadah dan perbuatan baik yang lebih mendekatkan seorang kepada Allah. Selain itu kebersihan merupakan kewajiban agama.[9]
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Cerminan hati individu dapat juga dilihat dari kebersihan yang dijaga. Siswa-siswi dilatih untuk membersihkan kelas setiap hari agar proses pembelajaran terasa nyaman. Lingkungan kelaspun juga menjadi tanggung jawab siswa- siswi atas kebersihannya. Kepedulian terhadap kebersihan lingkungan ini juga bertujuan untuk menghindari penyakit dan siswa-siswi tidak lagi memberatkan petugas kebersihan madrasah.
Firman Allah dalam surat Ibrahim:
yang artinya: Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, (Q.S. Ibrahim: 45)
Budaya menjaga kelestarian lingkungan dapat diwujudkan dengan membangun komitmen dalam menjaga dan merawat berbagai fasilitas atau sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah/madrasah serta menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekitar kelas, sehingga tanggungjawab dalam masalah tersebut bukan hanya terbatas atau diserahkan kepada para petugas cleaning service, tetapi juga seluruh warga sekolah.[10]
g. Perayaan Hari Besar Islam
Perayaan hari besar Islam adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan hari-hari besar Islam sebagaimana biasanya diselenggarakan oleh masyarakat Islam seluruh dunia berkaitan dengan peristiwa-peristiwa besar bersejarah. Hal ini bertujuan agar para siswa dapat meresapi dan menghayati ajaran Islam secara menyeluruh, sehingga dalam kehidupan nantinya dapat diterapkan bagi para siswa. Dalam peringatan tahun baru Islam 1 Muharram, merupakn refleksi dan aktualisasi nilai-nilai yang terkandung dalam perjalanan hijrah nabi Muhammad SAW secara kontekstual, yakni hijrah dari nilai-nilai yang tidak baik ke hal-hal yang baik.
.......................................................
[1] Muhaimin (2012) Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal. 136
[2] Muhaimin(2005), Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal. 61
[3] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Islam di Sekolah.....hal. 61
[4] Iskandar, (2009) Agama Islam, Yogyakarta: Total Media, hal. 56
[5] Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius . . . hal. 121
[6] Muhammad Fauqi Hajjaj, (2013) Tasawuf Islam dan Akhlak, Jakarta: Amzah, hal. 245.
[7] Muhammad, Tasawuf Islam dan Akhlak...hal. 245.
[8] Imam Suprayogo,(2013) Pengembangan Pendidikan Karakter Malang: UIN Maliki Press, hal. 53.
[9] Yusuf Al-Qaradhawi, (2003) Yang Higienis dari Nabi saw, Jakarrta: CENDEKIA, hal 21
[10] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan . . . hal. 63.
0 comments